Hidup Akan Lebih Berat, Setelah Perkuliahan
Siapa sangka hidup setelah perkuliahan akan seberat ini. Ekspetasi orang tua, umur orang tua, omongan tetangga, pencapaian orang lain dan hal-hal lain yang rasanya harus aku dapatkan setelah gelar sarjana.
Dulu mungkin aku masih punya sebuah buku pedoman yang tak tertulis semasa dunia pendidikan, hidup terasa lebih tertata dan tau mau melakukan apa. Bangun pagi, pergi kuliah, sibuk organisasi, pulang ke kos lalu mengerjakan tugas.
Tapi setelah masa perkuliahan selesai, hidup jadi terasa lebih abu-abu. Buku pedoman hilang, arah menjadi kabur dan tujuan menjadi bercabang. Banyak kebingungan yang di hadapi, habis ini mau ngapain? mau jadi apa? apa pilihan ini yang terbaik? apa sudah benar melewati jalan ini? mau di bawa kemana arah hidup ini?
Rasanya revisi dan menunggu dosen pembimbing tidak ada apa-apanya jika dibanding dengan sulitnya mencari kerja, ratusan loker yang aku lamar dan berujung penolakan.
Kalimat "setiap orang punya proses dan waktunya masing-masing" cuma jadi kalimat penenang yang kadang membuat ku secara tidak langsung berpasrah sama keadaan.
Mungkin beberapa orang bilang"hidup bukan perlombaan" tapi bagiku bukan. Aku gamau jadi orang ketinggalan, aku gamau jadi orang paling terakhir mencapai mimpi-mimpi ku, aku gamau semua orang merasa kasihan karena cuma aku yang belum sampai tujuan, aku gamau orang punya pemikiran bahwa aku tertinggal. Dan mungkin jadi orang biasa-biasa aja adalah list terakhir yang aku berharap tidak akan menjadi kenyataan.
Tidak ada salahnya menjadi orang biasa-biasa saja, tapi kalau bisa menjadi luar biasa kenapa harus jadi yang biasa?


Komentar
Posting Komentar